Perkutut Blorok, si Hitam Putih yang Unik dan Antik
Penyimpangan gen dari perkutut bisa memunculkan perkutut yang aneh-aneh sekaligus menarik. Salah satunya adalah perkutut Blorok ini. Bulunya hitam putih dan kini masih jadi koleksi yang mahal.
ekor9.com. Perkutut (Geopelia striata) yang biasa dikenal orang adala yang berbulu abu-abu cokelat. Daerah penyebarannya cukup luas dan populasinya juga banyak. Kadang-kadang perkutut ini secara tak sengaja menghasilkan keturunan yang ciri-cirinya berlainan dengan induknya. Dengan kata lain : telah terjadi penyimpangan gen. Di antaranya pernah ada perkutut putih, dan perkutut hitam.
Keturunan perkutut biasa juga akibat penyimpangan gen yang lain. Si Blorok ini bulunya hitam campur putih, lebih menawan dari perkutut biasa, bahkan perkutut putih maupun perkutut hitam sekalipun. Hanya ekornya saja yang bulunya putih. Selebihnya, dari kepala hingga pangkal ekor dan sayap, merupakan paduan warna hitam dan putih. Suaranya biasa seperti perkutut umumnya. Hanya karena warna bulunya yang antik, maka kolektornya memajangnya dalam sangkar.
Tidak semua Blorok bagus
Berapa banyak pemilik perkutut antik ini tidak diketahui dengan jelas, karena perkutut ini masih jarang dibicarakan orang. namun Kok Tjoe, seorang kolektor perkutut dari Surabaya sudah mengoleksinya setahun terakhir ini. Orang yang gemar mengumpulkan perkutut-perkutut antik ini bahkan telah memelihara 2 ekor Blorok dengan kondisi yang bagus. Padahal tidak semua perkutut blorok mempunyai kondisi bagus. “Blorok bagus adalah yang bulu putihnya lebih banyak dari hitamnya” jelas Kok Tjoe.
Si Blorok diperolehnya dari Tuban, Jawa Timur, daerah yang akrab bagi telinga penggemar perkutut, karena di sinilah tempat asal perkutut lokal Indonesia. Rencananya Tjoe memang akan membudidayakan perkutut ini, dengan harapan memperoleh keturunan blorok pula bahkan kalau bisa sekaligus menghasilkan blorok yang berbulu bagus, namun hingga kini hasilnya belum ketahuan, karena selalu perkutut biasa yang diperolehnya.
Kolektor lain yang juga mengoleksi si Blorok adalah Setia Budi dari Lawang, Malang. Dia hanya memiliki seekor, yang diperoleh dari temannya dengan cara barter dengan cucakrawa miliknya. “Saking langkanya, selama ini saya belum pernah menemukannya di pasar burung, sehingga harganya pun belum tahu.” ceritanya.
Berdasarkan cara pemeliharaannya, perawatan si Blorok ini biasa saja sama dengan perkutut yang lain. Mereka biasa memberi makanan ketan hitam, millet, juwawut dan butiran gabah yang dicampur jadi satu. Ada yang memberikan makanan tambahan kulit kerang yang ditumbuk halus. Bagi peternak, makanan ini berkhasiat menguatkan kulit telur perkutut.
Menurut Kok Tjoe, nilai perkutut Blorok ini cukup tinggi. Jika komposisi warna bulunya bagus (putihnya lebih banyak) maka harganya bisa mencapai sekitar Rp. 2,5 juta sedangkan yang bulunya biasa-biasa saja sekitar Rp. 300.000,00. Betapa mahalnya, kalau bulu Blorok yang bagus diimbangi dengan suara yang bagus pula. Oleh sebab itulah bagi orang yang mencoba membudidayakan, seperti Kok Tjoe ini selalu mengharapkan keturunan Blorok dari perkutut-perkutut miliknya. Perkutut Blorok si Hitam Putih yang Unik dan Antik – SMR