Seluk-beluk Perkembangbiakan Hewan: Tujuan dan Metode
ekor9.com. Selama berabad-abad, manusia menjalankan kegiatan peternakan dan perkembangbiakan hewan. Secara garis besar, aktivitas ini dilakukan untuk menghasilkan trah atau keturunan hewan yang lebih berkualitas dengan mengubah genotipe melalui kawin selektif.
Suatu trah atau keturunan yang terbentuk, kelak terdiri dari sekelompok hewan yang mempunyai riwayat keturunan yang saling terkait dan memiliki karakteristik yang hampir serupa, baik ciri-ciri, ukuran, dan bentuk.

Sapi Belgian Blue, dengan seleksi perkawinan yang ketat sehingga mendapat keturunan terbaik – via : picswe.com
Daftar Isi :
Perkembangbiakan hewan adalah :
Menurut wikipedia : Pemuliaan hewan atau perkembangbiakan hewan adalah cabang ilmu hewan yang membahas evaluasi (menggunakan prediksi linear terbaik dan metode lain) dari nilai genetik nilai estimasi pemuliaan (estimated breeding value / EBV) ternak.
Memilih untuk membiakkan hewan dengan EBV yang unggul dalam tingkat pertumbuhan, telur, daging, susu, atau produksi wol, atau dengan sifat-sifat lain yang diinginkan dan lebih menguntungkan manusia sehingga merevolusi produksi ternak di seluruh dunia.
Secara khusus, tujuan dari pengembangbiakan hewan, antara lain:
- meningkatkan laju pertumbuhan dan reproduksi
- meningkatkan kuantitas dan kualitas produk, berupa susu, daging, telur, wol, dan sebagainya
- meningkatkan ketahanan tubuh hewan, untuk mencegah berbagai penyakit
- meningkatkan produktivitas
Metode perkembangbiakan hewan :
Terdapat dua metode dalam perkembangbiakan hewan, terutama pada hewan peliharaan dan ternak, yaitu:
1. Inbreeding
Perkembangbiakan inbreeding atau kerap disebut silang dalam dan perkawinan sekerabat, dilakukan dengan jenis hewan yang sama dalam 4 – 6 generasi. Misalnya, sapi betina penghasil susu terbaik dengan sapi jantan unggul dari jenis yang sama, diidentifikasi dan dikawinkan. Kemudian, keturunan mereka dievaluasi dan sapi yang unggul kembali diidentifikasi untuk perkawinan selanjutnya.
Inbreeding diperlukan apabila ingin mengembangkan galur murni pada berbagai jenis hewan. Inbreeding dapat membongkar gen resesif berbahaya yang berupaya dieliminasi melalui seleksi, mengakumulasi gen superior, dan menghilangkan gen yang kurang diinginkan. Namun, secara berkelanjutan, inbreeding dapat mengurangi kesuburan dan produktivitas.
Dampak ini merupakan bentuk depresi dalam inbreeding. Untuk mengatasinya, hewan dari populasi inbreeding harus dikawinkan dengan hewan unggul lain dari jenis yang sama, namun tidak terkait dengan populasi inbreeding.
Dalam perkembangbiakan inbreeding juga dikenal dengan Inbreeding Depression (Depresi perkawinan Sedarah) yang artinya adalah penurunan kesehatan biologis dalam populasi tertentu sebagai hasil perkawinan sedarah, atau pemuliaan individu terkait. Kesehatan biologis populasi mengacu pada kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan melestarikan materi genetiknya.

Ilustrasi perkembangbiakan inbreeding – via : imgur.com
2. Outbreeding
Perkembangbiakan dengan sistem outbreeding, juga dikenal dengan sebutan silang luar dan perkawinan di luar kerabat. Hewan yang dikawinkan masih sebangsa, atau berasal dari jenis yang sama, namun tidak memiliki riwayat keturunan atau leluhur yang sama. Dapat pula dilakukan pada spesies yang berbeda atau disebut hibridisasi interspesifik.
Berikut ini beberapa praktik yang berlangsung secara outbreeding, yaitu:
- Perkembangbiakan Out crossing
Perkawinan berlangsung antarhewan dari trah yang sama, namun tidak memiliki silsilah atau leluhur yang sama dalam 4—6 generasi. Persilangan seperti ini menjadi metode terbaik untuk mengatasi depresi inbreeding atau untuk memperbaiki produktivitas ternak penghasil susu, pedaging, dan sebagainya.
- Perkembangbiakan Cross-breeding
Perkawinan antara jantan unggul dari suatu jenis dengan betina superior dari jenis lain yang setara atau lebih rendah. Metode ini telah terbukti efektif untuk menghasilkan trah baru yang dengan kualitas yang lebih baik. Misalnya, trah domba hisardale asal Punjab yang menjadi hasil persilangan antara domba Bikaneri (betina) dan domba Marino (jantan).
- Perkembangbiakan Hibridisasi interspesifik
Metode ini berupa perkawinan antara hewan jantan dan betina yang berasal dari dua spesies berbeda. Umumnya, spesies yang dihasilkan akan berbeda dari kedua spesies induk. Namun, dalam beberapa kasus, juga dapat manghasilkan hewan dengan karakter gabungan yang diinginkan. Misalnya, bagal yang merupakan hasil persilangan kuda betina dan keledai jantan, menjadi lebih tangguh dan cocok untuk bekerja di pegunungan.

Gambar sapi gerak – Percobaan perkembangbiakan hewan yang gagal – via : giphy.com
Eksperimen Perkembangbiakan Terkendali
Selain dilakukan melalui perkawinan secara alami, perkembangbiakan juga dapat dilaksanakan melalui cara-cara artifisiapl, yaitu:
Inseminasi Buatan (IB)
Metode ini dilakukan melalui penyuntikkan sperma jantan unggul ke saluran reproduksi betina. Sperma dapat segera digunakan atau bisa pula dibekukan lebih dahulu. Secara alami, biasanya seekor sapi jantan menyimpan sekitar 5 – 10 miliar sperma dalam vagina sapi betina. Namun, secara artifisial hanya perlu sperma yang lebih sedikit untuk melakukan pembuahan, sehingga menjadi sangat ekonomis dan dapat mencegah penyebaran penyakit.
Teknologi Multiple Ovulation Embryo Transfer (МОЕТ) / Transfer Embrio
Metode ini melibatkan pemberian hormon yang mirip FSH kepada sapi betina untuk menginduksi pematangan folikel dan superovulasi, untuk menghasilkan 6—8 sel telur dalam satu siklus. Kemudian, sapi tersebut dikawinkan dengan sapi jantan unggul atau dibuahi melalui inseminasi buatan.
Pada tahapan sel 8—32, embrio dipindahkan ke induk pengganti. Sementara keberadaan ibu genetik berfungsi untuk melakukan superovulasi selanjutnya. Sejauh ini, МОЕТ telah diterapkan pada perkembangbiakan sapi, domba, kelinci, kerbau, kuda, dan hewan ternak lainnya. Melalui metode ini telah dihasilkan sapi perah dan sapi pedaging yang lebih berkualitas dalam waktu singkat.