Jenis-Jenis Burung Kicauan Bersuara Merdu Terbaik Dari China
Daftar Isi :
Jenis Burung Kicauan Terbaik Dari China
ekor9.com. Hwa mei, Poksay, San Ma, Kenari Fu san, Pekin robin, dan Cucak Ijo. Itulah enam burung berkicau dari China yang kini menjadi klangenan para penggemar burung. “Burung-burung itu selain indah dipandang juga suaranya pun bagus“. Komentar seorang penggemarnya.
Burung dengan Ocehan Paling Merdu dan Gacor
Dari keenam burung impor tersebut, hwa mei, poksai, dan san ma merupakan burung yang paling popular diikutsertakan dalam lomba. Sedangkan kenari fu san, pekin robin, dan cicak ijo lebih banyak dinikmati alunan suaranya di rumah. Berikut deskripsi keenam burung itu.
1. Hwa Mei (Wam Bie)
Di Cina, hwa mei yang bernama latin (Garrulax canorus) memang dikenal sebagai burung aduan. Bahkan pada zaman dahulu sejarahnya para pendekar di sana merasa sangat bangga jika bisa menenteng sangkar berisi burung ini setiap kali bepergian.
Dan setiap kali ada kesempatan, burung itu diadu dengan hwa mei lain sampai salah satu mati. “Hwa mei menjadi lambang kegagahan,” ujar hobiis burung dari Jakarta.
Di Indonesia, burung yang sifatnya binal ini hanya diadu keindahan suaranya. Kelemahannya, jika stress “berat” ia bisa bunuh diri dengan membentur-benturkan tubuhnya ke sangkar.
Selain itu, burung ini tidak tahan panas. Satu hari saja tidak diberi minum, ia langsung mati. Itulah sebabnya para penyelenggara lomba selalu menempatkan burung ini di tempat teduh saat lomba berlangsung.
2. Poksay
Burung yang berasal dari China Selatan dan Pulai Hainan ini termasuk digemari. Soalnya selain pandai menirukan aneka suara burung lain, waktu berkicau ia sering melompat berputar-putar dengan gaya mengagumkan.
Para pemula yang membeli poksai bernama latin (Garrulax chinensis) sering tertipu oleh ulah pedagang yang pandai menirukan bunyi poksai. Sehingga, ada kemungkinan yang terbeli bukan poksai jantan, tapi poksai betina yang tidak pandai berkicau.
Sebenarnya untuk membedakan jenis kelamin poksai tidak sulit. Cara pertama, poksai betina selalu diberi makan poer yang sudah dihancurkan, mirip tepung. Sedangkan poksai jantan mau memakan poer dalam bentuk pellet. Kedua, poksai betina kalau akan ditangkap melompat-lompat dalam sangkar sehingga sulit ditangkap. Poksai jantan lebih jinak.
3. San Ma
Nama ilmiahnya Galerida cristata, termasuk keluarga Alaudidae. Keistimewaan burung ini ialah kicauannya mengalun sambung-menyambung. “San ma bisa dianggap branjangannya Cina“.
Berbeda dengan hwa mei yang perlu dirangsang oleh betinanya supaya berkicau, burung ini sama sekali tidak perlu rangsangan. Hanya bedanya, san ma tidak bisa sekaligus “jadi“. Artinya, ia memerlukan waktu lama agar bisa berkicau.
Contohnya san ma milik Herman. Waktu dibeli burung itu sudah masuk kategori “jadi“, bukan bakalan. Tapi, toh, tetap diperlukan waktu lebih dari tiga bulan sampai ia mau berkicau.
Pakan utama burung yang habitatnya daerah berpasir ini ialah millet dengan tambahan ulat hongkong dan jangkrik kecil. Perawatan lain ialah sekali-kali kakinya perlu dibersihkan dari pasir yang menempel. Kalau tidak, pasir itu akan menyebabkan kakinya bengkak.
4. Kenari Fu San
Kenari fu san (Serinus canaria) diduga berasal dari Taiwan dan kemudian diternak di RRC (China). Diandingkan Yorkshire dan gloster, ukuran tubuh fu san lebih kecil. Warna bulunya kebanyakan kuning. “Keistimewaan fu san, lebih-lebih fu san asli, suaranya indah sekali. Selain rajin bernyanyi dan mentalnya kuat, dibandingkan jenis kenari lain ia lebih tahan terhadap penyakit,” tutur Yusman Effendie, hobiis burung yang terkenal sebagai pakar kenari, “Burung ini pintar sekali sehingga bias meniru macam-macam suara. Sayang fu san gampang di pengaruhi oleh suara burung yang jelek”.
Kenari fu san bukan termasuk burung untuk dilombakan. Soalnya, begitu ia mendengar suara burung lain, kicaunya langsung menirukan burung tersebut dan suara aslinya hilang sama sekali. Kalau diikutsertakan dalam lomba, fu san termasuk kategori kenari local, yakni kategori untuk burung kenari berukuran kecil.
Pakan fu san tidak berbeda dengan kenari lain. Selain biji-bijian, fu san perlu diberi tambahan pakan, seperti selada, apel atau oyong. Oyong bermanfaat untuk membantu pencernaan. Di bandingkan kenari jenis Yorkshire, gloster dan border, perawatan fu san lebih mudah.
5. Pekin Robin
Pekin robin (Leiothrix lutea) juga bukan burung untuk dilombakan, karena suaranya monoton. “Burung ini cocok bagi para pemula karena ia pasti berkicau,” tutur Bambang. Burung yang ditemukan di Himalaya, Assam, Myanmar, dan Cina Selatan ini panjangnya sekitar 15cm.
Dibandingkan betinanya, suara burung jantan lebih bervariasi. Perbedaan lain ialah warna hitam pada bulu kedua ujung ekor jantan lebih lebar daripada yang betina. Sedang warna kuning pada bagian leher dan dada atau burung betina lebih redup dibandingkan yang jantan.
Pekin robin termasuk burung berparuh lunak. Ia mau menerima berbagai jenis pakan, seperti biji-bijian, hijau-hijauan, dan serangga. Bahkan pakan berupa tepung yang biasa diberikan pada ayam petelur pun disantapnya pula.
6. Cucak Ijo
Cucak ijo termasuk keluarga Nectarinia. Di kalangan hobiis burung ia dikenal sebagai “pengisi suara” pada calon peserta lomba. Berbeda dengan cucak ijo Indonesia. Cucak ijo asal China ini warna biru metalik di lehernya tampak lebih mencolok. “Burung ini susah didapat. Di China pun jumlahnya tidak banyak,”.
Sesuai dengan namanya, tubuh burung ini didominasi warna hijau, mulai dari kepala sampai punggung. Ekor dan sayapnya berwarna biru. Sedangkan warna kuning terdapat di bagian bawah tubuhnya. Itulah 6 Jenis Burung Kicauan Terbaik Dari Tiongkok.