Jenis Burung Lokal Tanah Air Yang Jadi Pengisi Suara Lomba Burung Berkicau
Daftar Isi :
Burung-Burung Lokal Yang Jadi Pengisi Suara Lomba Kicau
Kicau burung-burung asli Indonesia sebenarnya tidak kalah indah dibandingkan burung berkicau dari Cina. Namun karena mental burung-burung lokal itu lemah, maka mereka lebih banyak dimanfaatkan untuk “mengisi” suara burung-burung impor.
Di kalangan penggemar burung, burung bermental lemah ialah burung yang saat dilombakan “mogok” berkicau, padahal di rumah burung itu selalu berbunyi. Burung-burung seperti ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai pendamping waktu burung-burung berkicau asal impor sedang mabung (merontokkan bulu). Harapannya, begitu selesai mabung, burung impor yang biasa dilombakan itu sudah mampu meniru kicau burung lokal pendampingnya.
Para pendampingnya dari dalam negeri yang biasa dipakai ialah Prenjak, Branjangan, Jalak Suren, dan Pancawarna.
Berikut 4 Jenis Burung Lokal Sebagai Pengisi Suara Lomba, checkout!!
1. Burung Pancawarna
“Jika punya hwa mei, sebaiknya juga punya branjangan, pai ling, dan pancawarna,” papar Lyong, importir burung dari Bandung.
Tujuannya agar suara burung hwa mei lebih bervariasi sehingga mempunyai nilai lebih waktu dilombakan. Dengan banyaknya penggemar hwa mei, maka burung lokal seperti pancawarna pun turut dicari orang.
Seperti juga burung “pengisi” suara yang lain, tempo kicauan pancawarna (Leiothrix sp) termasuk cepat dan tajam. Burung yang banyak ditemukan di hutan-hutan ini membuat sarang di pucuk-pucuk ranting dan jarang mendarat ke tanah. Pakannya ialah millet, canary seed, dan poer.
2. Burung Prenjak
Bagi orang Jawa, riuhnya kicau prenjak di halaman rumah sering diartikan sebagai pertanda akan datangnya tamu. Namun bagi para hobiis burung suara prenjak yang ditiru oleh hwa mei, misalnya, menimbulkan kepuasan bagi pemilik hwa mei itu.
Prenjak (Prinia familiaris) banyak dijumpai di Sumatera, Jawa, dan Bali. Ciri khas burung yang kicaunya riuh rendah ini ialah ekornya panjang dan bertingkat-tingkat. Besar tubuhnya hampir sama dengan burung gereja, tapi bentuknya lebih ramping. Pakannya adalah kepompong serangga, serangga, dan ulat.
3. Burung Branjangan
Keistimewaan branjangan (Mirafra javanica) ialah kemampuannya menirukan suara burung lain. Bahkan suara gemercik air di sungai dan gemuruhnya suara air hujan bisa ditiru. Kicauannya selalu diiringi dengan gerakan terbang naik turun sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Suatu kemampuan yang kalau dilombakan akan menambah nilai. Branjangan oleh para hobiis dipakai untuk “mengisi“ suara hwa mei.
Di alam liar aslinya, branjangan alias titimplik ini lebih banyak hidup soliter di daerah persawahan yang kering. Berbeda dengan burung lain, branjangan lebih senang berjalan-jalan di tanah, pada pematang atau di sawah yang sudah dipanen. Karena kebiasaan ini, di dalam sangkar pun branjangan jarang bertengger.
Pakan yang biasa diberikan ialah pisang, semut, belalang, jangkrik, dan ulat.
4. Burung Jalak Suren
Jalak suren (Sturnus contra) pun dipakai untuk “mengisi” suara hwa mei. Hwa mei yang mampu meniru suara jarak disebut mempunyai suara “tembakan” oleh para hobiis. Burung yang ukuran tubuhnya sebesar perkutut ini di alam liarnya membuat sarang di pucuk pohon palem dan kelapa yang tinggi. Di Indonesia ia dijumpai di Jawa, Madura, Bali dan Sumatera.
Pakannya ialah buah-buahan, ulat, jangkrik, cacing dan belalang. Harga jalak suren yang suaranya indah, penuh “tembakan”, dan sambung-menyambung.
Walau hanya sebagai pendamping, namun 4 Jenis Burung-Burung Lokal Pengisi Suara tersebut sangat besar peranannya bagi peserta lomba burung yang masih mabung.