Ikan Tikusan Laut, si Cantik Berbibir Tebal yang Bisa Dimakan
ekor9.com. Ikan Tikusan Laut. Moncongnya berciri khas. Mulut yang mengecil itu menjadi sexy, karena bibirnya yang tebal. Bibir ini juga yang digunakannya untuk melahap lumut di tubuh-tubuh karang. Tak jarang si Tikus itu tampak meloncat-loncat bak penari, di sekitar kumpulan batuan tajam.
Hemigymnus melapterus alisan ikan Tikusan tergolong keluarga Labridae. Dia juga mempunyai saudara sepupu yang dikenal dengan nama latin, Hemigymnus fasciatus.
Daftar Isi :
Ciri-ciri
Ciri utama ikan Tikusan Laut ini bukan hanya mulutnya yang tebal, tapi juga warna tubuhnya yang indah. Dia biasanya punya tiga warna dasar. Pada bagian pundak sampai kepala, abu-abu muda. Bagian belakang ke tengah berwarna hitam beludru, dan di ujung kepala dan ekor berwarna oranye.
Ikan ini cantik dan menonjol warnanya. Apalagi saat dia bergerak-gerak di sekitar karang dengan kepala menukik, dan meloncat-loncat mematuk lumut halus. Lumut memang makanannya saat dia tidak bisa menjumpai makanan lain seperti udang kecil, dan zooplankton.
Ikan tikusan berasal dari perairan tropis yang berkarang. Dia juga hidup bekelompok, dan mampu berdampingan dengan jenis ikan lain dengan rukun. Sayang dia sulit dibedakan jantan dan betinanya.
Pengalaman mengajarkan, bahwa ikan jantan biasanya mempunyai warna lebih cerah daripada yang betina. Kadang-kadang terlihat sosok tubuh si jantan lebih ramping daripada yang betina. Tapi itu bukan pegangan mutlak.
Pemeliharaan
Seorang pedagang ikan hias di Jakarta, menyatakan bahwa pemeliharaan ikan ini tidak sulit. Pergantian air cukup dilakukan enam bulan sekali. Ia pun menyarankan agar pemeliharaan ikan ini seperti ikan jenis lainnya.
“Kondisi air harus tetap terjaga baik, ada aerator dan suhu diusahakan agar tetap hangat”. Rupanya lingkungan yang bersih, sehat, dan hangat itu menjadi salah satu cara pencegahan ikan terkena penyakit. Karena itulah, jika kondisi udara terasa lembap, bagian dalam akuarium harus diberi heater (pemanas).
Penyakit si Ikan Tikusan
Ikan yang biasa berada di dasar akuarium dan bersembunyi di antara batu karang itu, ternyata tidak bebas gangguan penyakit. Khususnya gangguan parasit Protozoa, bakteri dan virus.
White spot merupakan jenis gangguan parasit yang paling sering hinggap di ikan ini. Pada tingkat penyerangan dini, hanya yang terlihat ada bercak putih pada kulit. Tapi pada tingkat yang parah, hanya kematian yang menunggu.
Upaya penanggulangannya melalui cara preventif. Ikan yang baru dibeli dicelup dalam bak karantina berisi air bersih yang diberi larutan PK (permanganas kalicus alias kalium permanganat) dengan dosis setengah dari aturan pemakaian yang tertera pada label. Misalnya, jika tertera 4 cc/10 liter, maka digunakan 2 cc/10 liter.
Merendamnya cukup selama 1 menit, setelah itu baru ikan tadi dimasukkan ke dalam akuarium, dan diharapkan bibit penyakitnya tidak ikut terbawa ke tempatnya yang baru. Cara lain ialah memasukkan setengah dosis larutan PK dalam akuarium langsung.
Menurut Paulus Ananto, ikan yang terkena penyakit tampak dari tingkah lakunya. “Jika ikan terlihat lesu, padahal biasanya lincah. Atau kulitnya pucat, matanya tidak normal, ada radang atau pendarahan di bawah kulit, itu pertanda ikannya sakit”, katanya.
Untuk itu perlu dilakukan pengobatan, dan ikan yang sakit diasingkan dalam akuarium yang terpisah. Sebab penularan bisa cepat terjadi, apalagi jika akuariumnya tidak bersih.
Lucu Ketika Masih Kecil, Sudah Besar Bisa Jadi Ikan Hias yang Bisa Dimakan
Tikusan memang lucu kalau masih muda, dan yang mudalah yang pantas ada di dalam akuarium. Sebab ikan dewasa dengan ukuran 40 cm, lebih pantas dihidangkan di atas piring dan dijadikan makanan di restoran Sea Food. –(SNS/EI)