Hewan Ovovivipar, Mekanisme Pembuahan hingga Kelahiran
ekor9.com. Istilah “vivipar” merujuk pada “lahir hidup” atau makhluk yang dilahirkan dalam kondisi hidup. Dan, secara teknis, proses persalinan dari hewan ovovivipar pun demikian, sehingga ovovivipar menjadi bagian dari klasifikasi vivipar.
Namun, spesies ovovivipar atau aplacental vivipar, memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan histotrofik vivipar. Dalam lingkup histotrofik murni, embrio yang tengah berkembang menerima nutrisi dari sekresi rahim ibunya (histotrof). Sedangkan, embrio dari spesies ovovivipar dihidupi oleh berbagai sumber nutrisi, seperti kuning telur yang tidak dibuahi atau melakukan kanibal terhadap saudara mereka.
Lantas, bagaimana mekanisme pembuahan hingga kelahiran pada spesies ovovivipar? Yuk, simak!
Pembuahan dan Inkubasi Internal
Setelah melakukan perkawinan, pembuahan sel telur pada hewan ovovivipar terjadi secara internal. Sel-sel telur dibuahi oleh sperma ketika berada di saluran telur dan berlanjut pada perkembangan embrio di saluran tersebut. Kemudian, ketika telur menetas, bayi-bayi ovovivipar tetap berada di saluran telur induknya, dan terus berkembang, hingga cukup matang untuk terlahir dan bertahan hidup di lingkungan.
Vivipar vs Ovovivipar vs Vivipar
Ada perbedaan yang cukup signifikan antara hewan yang memiliki plasenta (vivipar, seperti sebagian besar mamalia) dan spesies yang tidak memiliki plasenta (ovovivipar dan vivipar). Namun, meski sama-sama tidak memiliki plasenta, ovovivipar pun berbeda dengan ovipar. Dalam dunia ovipar, pembuahan telur dan perkembangan embrio tidak berlangsung secara internal, karena telur berkembang di luar tubuh induknya dengan mengandalkan kantung kuning telur sebagai sumber makanan embrio hingga telur menetas.
Sementara hewan ovovivipar dapat menghasilkan telur, namun tidak mengeluarkannya. Telur berkembang dan menetas di dalam tubuh induk ovovivipar, kemudian menetap di sana dalam kurun waktu tertentu. Meski pada awalnya, embrio ovovivipar dihidupi oleh kuning telur pada kantung telur mereka, tapi setelah menetas, bayi ovovivipar tetap berada di dalam tubuh induk mereka, hingga dewasa atau cukup matang untuk dilahirkan.
Dalam proses menghidupi embrio, hewan ovovivipar tidak menggunakan plasenta untuk menyediakan makanan, oksigen, atau pertukaran limbah. Namun, pada beberapa spesies ovovivipar, seperti hiu dan pari, terjadi pertukaran gas dengan telur yang berkembang di dalam rahim. Dalam mekanisme semacam ini, kantung telur sangat tipis atau hanya berupa selaput.
Kelahiran Ovovivipar
Dengan adanya jangka waktu antara penetasan dan kelahiran, bayi ovovivipar relatif lebih matang, dan telah mampu bertahan secara mandiri saat dilahurkan. Mereka bergabung dengan lingkungan dalam tahap perkembangan yang lebih maju dan umumnya, berukuran lebih besar dari hewan sejenis yang menetas dari telur.
Sebagai contoh, meski anak-anak ular garter masih berada dalam kantung ketuban ketika lahir, mereka dapat mengeluarkan diri dengan cepat. Sementara itu, pada serangga ovovivipar dapat melahirkan anak sebagai larva, atau tahap perkembangan selanjutnya.
Sungguh keanekaragaman hayati yang unik dan luar biasa, ya!