Cara Merawat Burung Cucak Rowo Bakalan
Daftar Isi :
Cara Merawat Cucak Rawa Bakalan
Burung Cucakrawa bakalan hutan biasanya liar dan mudah kaget. Cara merawat mereka supaya jinak dan nantinya bersuara “rompel” ternyata tidak sulit. Ada 2 macam cucakrawa bakalan yang diperdagangkan orang di Jakarta, yakni bakalan biasa dan bakalan hutan. Bakalan biasa adalah burung tangkapan yang masih sangat muda, belum ngoceh, bunyinya baru “krek … krek.. “ saja, dan kalau dipelihara dengan baik cepat sekali jinak. Bakalan hutan adalah burung tangkapan juga, akan tetapi sudah agak dewasa sudah mulai ngoceh, dan sifatnya masih liar.
Bakalan Hutan Lebih Bermutu
Memelihara Cucakrawa yang dalam bahasa latin disebut Straw-headed bulbul ini di rumah, tujuan utamanya adalah untuk menikmati keindahan suaranya. Suara cucakrawa yang baik, bunyi ocehannya murni alami seperti bunyi kicauannya yang lazim terdengar di hutan.
Bunyi kicauan semerdu itu hanya dimiliki oleh cucakrawa yang berasal dari bakalan hutan. Cucakrawa yang berasal dari bakalan biasa, bunyi kicauannya umumnya kurang merdu, karena tidak memiliki kekayaan vocal seperti seperti cucakrawa yang hidup di hutan.
Mengurangi Kebinalan
Cucakrawa bakalan hutan umumnya binal dan kagetan (mudah terkejut), lincah bergerak kian kemari dalam sangkar pemeliharaan. Sifat itu adalah baik, karena burung kicauan yang baik adalah yang sedikit binal dan tak mau diam. Yang penting adalah bunyi suaranya merdu. Untuk mengurangi kebinalannya itu, bakalan hutan yang baru dibeli sebaiknya ditaruh dalam sangkar segi empat yang ukurannya cukup luas.
Bisa dipergunakan misalnya sangkar berukuran 40 x 50 x 70cm. sangkar digantung di tempat yang agak rendah, agar mudah dijenguk dan didekati. Lama kelamaan kalau sudah mengenal kita, burung akan berkurang kebinalannya dan tidak kagetan. Namun ia tetap lincah dan tak mau diam.
Teratur Dimandikan
Setiap dua hari sekali burung itu disuruh mandi. Kalau tak punya sangar khusus utnuk itu, boleh juga menyuruhnya mandi di tempat tinggalnya. Tempat mandinya berupa mangkuk plastik berdiameter 15cm. Burung akan segera turun ke air dan mandi sendiri, ia harus kita paksa mandi dengan menyemprotkan air lewat sprayer kecil ke arah tubuhnya. Burung akan tampak senang sekali menerima air siraman.
Ketika dimandikan dengan semprotan air itu, makanan pokoknya berupa “pur” dalam sangkar harus dikeluarkan, agar tidak basah. Selesai acara mandi, makanan boleh dimasukkan kembali. Acara mandi ini harus antara pukul 8.00 sampai 10.00, kalau udara sedang cerah. Selesai mandi, burung ditaruh di tempat teduh dulu, agar mengipas-ngipaskan bulunya yang basah. Lamanya sekitar 10 menit atau sampai bulu agak kering.
Baru kemudian dijemur di sinar matahari penuh, sampai bulunya kering. Nah, pada saat penjemuran sehabis mandi inilah kesempatan yang paling baik untuk memberikan jangkrik atau ulat hongkong sebagai makanan tambahan. Cengkerik atau jangkrik diberikan cukup sebanyak 3 ekor saja, dan ulat hongkong cukup sebanyak 5 ekor.
Ditutupi Kain Penutup
Pada musim hujan, cucakrawa tidak boleh mandi, karena ia tidak tahan dingin. Kalau siang hari udara mendung dan hujan turun terus-menerus di luar rumah, sangkar cucakrawa malah harus ditaruh di dalam ruangan, dan diselubungi kain penutup agar angin dingin tidak masuk.
Begitu pula pada malam hari, kalau udaranya dingin, selubung kain penutup sangkar juga diperlukan. Cucakrawa yang kedinginan bisa menderita lumpuh. Untuk menambah kehangatan, sebaiknya sangkar cucakrawa yang berselubung kain itu digantungkan dekat lampu listrik.
Kalau mujur, cucakrawa bakalan hutan yang dipelihara dengan baik nantinya bisa bersuara rompel. Bunyi kicauannya merdu. Cucakrawa semacam itulah yang dianggap penggemar paling indah dan memukau bunyinya hingga harganya melejit.