Cara Mengawetkan Rumput untuk Makanan Ternak
ekor9.com. Ternak tak mau kalah dengan manusia. Sama-sama memerlukan makanan awetan. Beginilah jika rumput tak selalu tersedia sepanjang tahun. Ada dua cara, kering dan basah.
Jaman sekarang, sawah sebisa mungkin ditanami sepanjang tahun demi mencukupi kebutuhan manusia serta ternak yang semakin banyak. Hingga rumput pun tidak gampang didapat sepanjang tahun. Dalam keadaan begini inilah, peternak berpikir dan berusaha bagaimana mengawetkan rumput yang melimpah pada suatu saat untuk dapat dipakai nanti kalau waktu paceklik rumput.
Secara alami, memang ada rumput terawetkan dengan sendirinya, yakni jerami padi yang hanya direbahkan saja di sawah setelah disebari benih kedele. Nanti kalau kedele sudah dipanen, jerami kering dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Tetapi keadaan begini sekarangpun sudah sulit pula karena sebelum panen kedelepun, jerami sudah diambil orang. Atau malah dibakar di tengah sawah.
Di daerah yang masih luas dan hujan selalu turun sepanjang tahun, tidak demikian halnya. Kesulitan rumput makanan ternak boleh dikata tidak ada. Rumput segar selalu tersedia sepanjang tahun. Di luar Jawa misalnya.
Kering dan basah
Mengawetkan rumput dapat dibedakan dalam dua cara, yakni cara kering dan cara segar. Baik rumput, kacang-kacangan, ataupun jerami, dapat diawetkan secara kering maupun secara basah.
Pengawetan secara kering, rumput di jemur diterik matahari sampai kering betul. Pengeringan yang lebih cepat lebih baik, sebab merosotnya nilai gizi rumput tidak begitu banyak. Tetapi kalau cuaca kebetulan sedang jelek, mutu rumput akan merosot banyak, karena penjemuran memerlukan waktu lama dan zat-zat penting yang terkandung dalam rumput lebih banyak yang terurai menjadi bahan yang tak bermanfaat.
Setelah kering sebaiknya rumput disimpan di tempat yang diberi atap supaya tidak kehujanan. Atau kalau yang disimpan berupa jerami padi atau jerami jagung, boleh saja disimpan di tempat terbuka, tetapi harus disusun melingkari patok dengan ujung-ujungnya bertemu di patok, disusun terus ke atas sehingga membentuk silinder. Paling tidak setebal setengah meter yang sebelah atas, dibuat miring ke samping supaya air mengalir tidak ke dalam rumput, tetapi ke luar. Awetan yang tidak berjamur berarti bagus.
Campur tetes tebu
Rumput yang diawetkan secara segar disebut silase. Dibanding sistem kering, awetan secara basah lebih tinggi mutunya, sebab rumput masih tetap segar dan hijau. Untuk pembuatan silase, kita dapat menggunakan drum, tong besar, bak semen atau tanah yang digali berbentuk bak atau silinder dengan kedalaman 1,5 meter.
Kalau lubang tanah yang dipakai, harus dicarikan tanah yang tidak tergenang air. Jadi kalau menyimpannya musim kemarau, galian jangan sampai mencapai air tanah. Pinggir galian diplester dengan tanah liat atau dilapisi plastik. Bagian bawah dibiarkan tanah biasa. Tetapi kalau tanahnya dirasa padat, bagian samping ini diplesterpun tidak apa-apa.
Rumput yang akan disimpan, sebaiknya dipotong-potong dulu supaya mudah dipadatkan. Selesai dipotong-potong, dicampur dengan tetes tebu seberat 4% dari berat rumput, diaduk sampai rata. Tetes tebu adalah cairan coklat yang manis rasanya, sisa perasan batang tebu di pabrik gula. Sebelum dicampurkan, tetes dilarutkan dulu dalam air sebanyak volume tetes, supaya mudah diratakan ke rumput. Kalau tetes tidak ada, untuk menyampur rumput dapat digunakan dedak halus seberat 5% dari berat rumput, atau menir (beras pecah) seberat 3,5% dari berat rumput, atau onggok seberat 3% dari berat rumput.
Rumput yang sudah tercampur dengan tetes itu, dimasukan sedikit demi sedikit sambil dipadatkan dan diratakan. Diusahakan padat betul. Kalau sudah 30 cm dari tepi atas wadah, rumput jangan ditambah lagi, tetapi tutup plastik dan ditimbun tanah paling sedikit setebal 30 cm dan dipadatkan.
Sedikit dulu
Silase terjadi karena dua hal. Pertama karena ruang penyimpanan itu kosong oksigen. Yang kedua, karena adanya bakteri Lactis acidi dan Streptococus lactis.
Lantaran dibuat padat betul dan udara tidak dapat masuk, sisa oksigen habis dipakai bernapas oleh rumput, sehingga bakteri pembusuk dan jamur tidak dapat hidup. Diperhebat lagi dengan adanya kedua jenis bakteri tersebut yang dapat hidup tanpa oksigen, dan dapat membentuk asam susu, sehingga keasaman rumput dapat mematikan bakteri pembusuk (pH4). Tetes, dedak halus, menir atau onggok tersebut di atas berfungsi sebagai tempat pertumbuhan bakteri pembentuk asam susu itu.
Jadi jelaslah, salah satu faktor penting berhasilnya pembuatan silase adalah keadaan hampa udara dalam ruang penyimpanan. Bagi yang masih akan mencoba membuat silase, dianjurkan mencoba sedikit dulu supaya ada pengalaman kalau seandainya gagal tidak begitu rugi dan dapat diulang dan diperbaiki tekniknya.
Silase yang berhasil berarti rumput tidak menggumpal, tetap segar, tidak berjamur cuma agak berbau dan terasa asam. Silase yang baik akan tahan berbulan-bulan.
Cara menggunakan silase adalah : rumput diambil untuk dua atau tiga hari dan sisanya ditutup kembali. Akhirnya perlu diperingatkan bahwa silase mengandung asam, sebaiknya jangan diberikan kepada ternak sebanyak lebih dari 5% dari berat badan ternak tiap harinya. Kekurangannya dapat ditambah rumput yang bukan silase. Rumput Awetan untuk Ternak – Ia