Cara Mengatasi Gigitan Ular Berbisa, Lakukan Ini Agar Kamu Tidak Langsung Mati!
ekor9.com. Berpetualang melintasi hutan dan rawa dapat menjadi aktivitas yang seru dan menyenangkan. Hanya saja, kamu harus siap dengan beragam kejutan. Alam itu dinamis dan penuh rahasia. Ada kalanya, perjalanan kamu jadi mendebarkan ketika berhadapan dengan kejadian yang berbahaya.
Misalnya, kamu atau teman kamu digigit ular berbisa.
Dalam kondisi semacam ini, kalian harus segera ambil tindakan. Karena, langkah yang tepat saat momen gawat darurat, menentukan keselamatan penyintas. Dan, tentu saja, perawatan setelah kejadian juga menjadi faktor yang vital.
Dilansir dari intisari.grid.id, Cara mengobati gigitan ular, berdasarkan penuturan seorang pakar toksikologi dan bisa ular, DR. dr. Tri Maharani, M.Si, Sp.EM, terdapat pemahaman yang salah dan terjadi berulang di kalangan masyarakat awam terkait penanganan kasus gigitan ular. Kesalahan paling utama, dengan cara mengikat area di sekitar gigitan ular untuk menghentikan peredaran bisa ular ke seluruh tubuh. Selain itu, ada pula yang melakukan sayatan di area gigitan untuk mengeluarkan darah sebelum bisa ular menyebar.
Padahal, kedua tindakan tersebut ternyata sama sekali tidak membantu. Bisa ular atau racun ular akan tetap menyebar dan justru menimbulkan problem lain yang cukup fatal. Menurut Tri, pengikatan tersebut hanya akan menghambat pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya pembekuan darah, yang jika berlanjut, akan memerlukan tindakan amputasi.
Kesalahan penanganan ini pernah dialami oleh seorang bocah 8 tahun asal Kulon Progo, Yogyakarta, bernama Ananda Yue Riastanto yang terkena gigitan ular weling atau Bungarus candidus pada 2017 silam. Bagian tubuh Ananda diikat, namun bisa ular tetap menyebar. Syukurlah, Ananda selamat meski harus mengalami enselofati yang berimplikasi pada kelumpuhan dan kesulitan wicara akibat neurotoksin.
Dampak neurotoksin ini memang terbilang fatal karena dapat berakibat pada kelumpuhan otot pernafasan yang berujung pada kematian. Sementara hemotoksin, akan mengakibatkan pendarahan, sehingga ada waktu yang cukup panjang sebelum terjadi kematian.
Lantas, bagaimana penanganan yang baik dan benar ketika digigit ular berbisa? Jawaban paling tepat berdasarkan penjelasan Tri, yaitu dengan imobilisasi. Bagian tubuh yang terkena gigitan ular, diupayakan tidak bergerak. Bisa menggunakan himpitan bambu, kayu, atau kardus tebal, yang dipasang seperti gipsum untuk orang patah tulang.
Nah, apabila imobilisasi berhasil, bisa ular tidak akan menyebar dan tersedia waktu yang cukup untuk bergegas pergi ke klinik atau rumah sakit, lalu mendapatkan tindakan lanjutan dan antibisa. Tri menceritakan, bahwa ada seorang anak temannya yang terkena neurotoksin dari gigitan ular di Papua. Dan, untuk mencapai Puskesmas terdekat, butuh waktu 2 hari. Dengan tindakan imobilisasi, anak tersebut terselamatkan.
Tri juga bersedia memberi bantuan informasi apabila ada klinik atau layanan kesehatan yang tidak mengetahui jenis bisa ular, bisa menghubungi Remote Envenomation Consultan Service (RECS) melalui blogspot recsindonesia, atau via WhatsApp 085334030409.
Sementara untuk penanganan lanjutan, Tri menjelaskan bahwa tenaga medis harus mampu mengatur keberlangsungan pernapasan pasien. Segera bawa ke inkubasi, pasang ventilator, dan dukung dengan pernapasan buatan. Apabila terjadi gagal jatung, lakukan pijat jantung sesuai prosedur.
Jadi, buat kamu para petualang hutan dan rawa yang saban hari bisa ketemu ular, ingat-ingat pesan dokter Tri, ya!